Oleh: Ersyah Nur Afriliana

Sejak beberapa tahun terakhir, Indonesia mulai mengembangkan program pencampuran etanol dalam bahan bakar minyak (BBM) sebagai bagian dari upaya menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Pada Oktober 2025, Presiden Prabowo Subianto menyetujui kebijakan pencampuran etanol sebesar 10% dalam BBM (E10) untuk mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap impor BBM. Namun, apakah itu sebuah solusi inovatif atau justru menjadi tantangan?

Etanol: Dari Gula Menjadi Energi

Etanol (C₂H₅OH) adalah senyawa organik golongan alkohol yang bisa dihasilkan dari fermentasi bahan nabati, seperti tebu, singkong, atau jagung.

Prosesnya sederhana tapi ajaib, yaitu mikroorganisme seperti ragi (yeast) mengubah gula menjadi etanol dan karbon dioksida.

Artinya, setiap tetes etanol berasal dari sumber hayati yang bisa diperbarui , inilah sebabnya etanol sering disebut sebagai biofuel atau bahan bakar terbarukan.

Berbeda dengan bensin, yang berasal dari fosil berumur jutaan tahun, etanol dapat dihasilkan secara berkelanjutan dari hasil pertanian lokal.

Ketika Etanol Bertemu Base Fuel

Base fuel sendiri adalah bahan bakar dasar hasil kilang minyak sebelum diberi aditif. Ketika etanol dicampurkan ke dalam base fuel, terjadilah reaksi kimia. Molekul etanol mengandung atom oksigen, sehingga membantu proses pembakaran menjadi lebih sempurna. Reaksi sederhananya seperti ini

C2H5OH + 3O2 → 2CO2 + 3H2O + energi

Jika dilihat dari reaksinya, dengan tambahan oksigen tersebut pembakaran pada mesin menjadi lebih efisien dan mengurangi emisi gas CO.

Lalu, Apakah Terdapat Dampak?

Meskipun terdengar baik, pencampuran etanol dengan base fuel juga memiliki dampak yang perlu diperhatikan. Apa dampaknya? Yuk, simak narasi berikut!

1. Etanol bersifat higroskopis.

Ini artinya etanol mudah menyerap air dari udara. Masalahnya, air tidak bisa larut sempurna dalam bensin, sehingga jika kadar air terlalu tinggi, campuran bisa terpisah menjadi dua lapisan: lapisan bawah berisi etanol dan air, sedangkan lapisan atas bensin.

Lapisan bawah ini terbakar tidak sempurna, membuat mesin tersendat dan berpotensi menimbulkan korosi pada tangki dan pipa bahan bakar. Itulah mengapa bahan bakar beretanol perlu sistem penyimpanan dan transportasi yang kedap air.

2. Etanol bersifat pelarut kuat.

Etanol dapat melarutkan zat-zat, seperti residu yang menempel di saluran bahan bakar. Mungkin ini terlihat menguntungkan karena sistem bahan bakar jadi lebih bersih. Namun, pada kendaraan lama, sisa kotoran yang terlarut bisa menyumbat filter bahan bakar dan mengganggu aliran ke mesin. Akibatnya, mesin bisa kehilangan tenaga atau bahkan mati mendadak.

3. Dampak material kendaraan.

Etanol dapat bereaksi dengan bahan polimer, karet, dan plastik tertentu.

Dalam jangka panjang, komponen seperti selang bahan bakar, seal, dan gasket bisa mengembang atau rapuh. Oleh karena itu, kendaraan yang dirancang untuk bahan bakar etanol biasanya menggunakan material tahan alkohol, berbeda dengan kendaraan konvensional.

Antara Harapan dan Kesiapan Teknologi

Melihat dari dua sisi di atas, dapat kita simpulkan, yaitu:

Pencampuran etanol dengan base fuel adalah langkah kimiawi yang brilian, tapi tetap membutuhkan penyesuaian teknologi agar benar-benar efektif.

Indonesia sendiri sudah mulai melangkah lewat program E5 dan E10, sambil mempelajari stabilitas campuran, dampak terhadap mesin, dan efisiensi bahan bakar.

Dengan riset berkelanjutan, bukan tidak mungkin Indonesia bisa mengembangkan etanol stabilizer atau aditif anti-korosif yang membuat campuran ini lebih aman dan efisien di iklim tropis kita.

Referensi:

Adcanced Biofuels USA. (2025). Ethanol Mix Gasoline: Mileage and Engine Impact. (Online) (https://advancedbiofuelsusa.info/ethanol-mix-gasoline-mileage-and-engine-impact?utm_, diakses pada 18 Oktober 2025).

Antara.news. (2025). Ethanol in Focus: Powering Indonesia’s Green Fuel Future. (Online) (https://en.antaranews.com/news/385209/ethanol-in-focus-powering-indonesias-green-fuel-future?utm_ , diakses pada 18 Oktober 2025).

Concawe. Asessment of the Impact of Ethanol Content in Gasoline on Fuel Consumption. Brussels.